Fenomena Penemuan Batu
Kericuhan terjadi di kawasan kaki Gunung Singgah
Mata. Bahkan sempat terjadi kejar-kejaran antara warga setempat dengan warga
pendatang. Kedua pihak menggunakan senjata tajam. Adapun jarak tempuh menuju ke
lokasi sekitar 15 kilometer dari jalan lintas provinsi Jeuram-Takengon. Untuk
mencapai ke lokasi harus terlebih dahulu menyusuri hutan dan
sungai.

Fenomena penemuan batu giok di aceh seberat 20 ton memang menjadi
traning topik di berbagai media yang sangat menggemparkan seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Batu giok tersebut banyak simpang siurnya dalam perkiraan
harganya ada yang memperkirakan harganya 2 triliun rupih, tetapi kita belum tau
pasti itu benar apa tidak. Saya akan coba jelaskan secara rinci tentang
penenmuan ini sampai situasi saat ini di tempat penmuannya.

Gambar batu
giok (sumber : google.com)

Namun Usman selaku penemu pertama menolak
rencana tersebut. “Ada warga desa tetangga meminta giok itu dibelah, tetapi
Usman menolak,” jelasnya. Kemudian pada malam harinya warga Desa Pante Ara
mendapat informasi warga desa tetangga hendak mengambil batu giok victorious
tersebut yang ditemukan oleh Usman. Sehingga menyulut emosi warga setempat dan
langsung datang ke lokasi untuk mengamankan batu giok tersebut. “Malam itu juga
kami bergerak untuk menjaga agar tidak diambil oleh orang lain batu giok
tersebut, sampai sekarang pihak kepolisian dan warga Desa Pante Ara masih
berjaga-jaga di sekitar batu itu,” tegasnya. Untuk menuju ke lokasi ditemukannya
giok seberat 20 ton tersebut harus terlebih dahulu menyusuri sungai sejauh 10
Km. Saat ini batu giok tersebut sudah dipasang garis polisi.

Said Ikhsan
memaparkan bahwa potensi batu mulia di Aceh, baik jenis giok dan lainnya
terdapat hampir diseluruh Aceh. Di bagian tengah hampir semua tempat terdapat
batu mulai ini. Di wilayah Geurute, Aceh Jaya, Blang Bintang, Manggamat juga
tersedia. “Sebetulnya ini sudah lama ada, tapi dulu belum ada nilai,” paparnya.
Mengenai harga jual, Said Ikhsan mengatakan sampai saat ini masih menjadi
kendala besar. Namun bila pemerintah berencana mengatur harga jual, maka yang
harus diperhatikan adalah tingkat kekerasan batu, tingkat kesulitan untuk
mendapatkannya dan kelangkaan batu itu sendiri. “Semakin keras batu itu semakin
mahal. Tingkat kekerasan dari satu sampai sepuluh. Mineral paling keras itu
Intan dengan angka 10 mohs. Batu di atas angka delapan sampai sembilan mohs itu
tentu lebih mahal lagi,” sebutnya.

Kapolres Nagan Raya, AKBP Agus
Andrianto mengatakan, bentrok tersebut segera bisa diatasi oleh pihak kepolisian
yang dibantu oleh pihak TNI setempat. Sehingga bentrok tidak sampai berlanjut.
“Sudah berhasil kita atasi dan batu giok yang disengketakan itu pun sudah kita
amankan,” kata AKBP Agus Andrianto, Sabtu (14/2). Saat itu, jelasnya, personel
kepolisian langsung diterjunkan ke lokasi untuk mencegah bentrok berlanjut.
Polisi juga sudah meminta masyarakat menahan diri dan tidak melakukan aksi
apapun. Lalu mengapa warga nyaris bentrok? Dan bagaimana cerita penemuan
bongkahan giok victorious yang disebut-sebut seberat 20 ton itu? Kisah bermula
dari seorang warga Pante Ara, Kecamatan Beutong Ateuh, Kabupaten Nagan Raya,
bernama Usman (45).

Ketiga jenis batu ini memang paling digemari pecinta
batu saat ini dan bernilai tinggi. Jenis solar saja bisa dijual paling murah Rp
1 juta. “Usman itu memang sudah lama mencari batu, sudah setahun lalu, namun
belum pernah menemukan giok yang bagus, baru kali ini dia mendapatkan giok
victorious seberat 20 ton,” terangnya. Usman beserta rekannya mengurungkan
niatnya mengambil giok tersebut, jelasnya. Selain berada dalam hutan lindung,
pemerintah Nagan Raya telah mengeluarkan aturan tidak boleh menambang di hutan
lindung dan dilarang membawa bongkahan giok berat di atas 10 kilogram. Kendati
demikian, pada siangnya, sejumlah warga desa tetangga mengajak Usman untuk
membelah batu tersebut.

Sementara itu, Gabungan Pecinta Batu Alam Aceh
(GaPBA) memperkirakan batu giok yang ditemukan oleh Usman itu memiliki berat
sekitar 20 ton. Batu giok yang ditemukan itu diyakini berjenis idocrase
victorious. Bila dalam batu tersebut terdapat 60 persen saja kandungan idocarse
victorious, harganya bisa mencapai Rp 30 miliar. “Bila 60 persen saja terdapat
idocrase victorious kita perkirakan 30 miliar harganya, idocrase victorious yang
sudah menjadi cincin saja bisa harganya mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta,”
kata ketua GaPBA, Nasrul Sufi, Selasa (17/2) di Banda Aceh. Agar temuan Sumber
Daya Alam (SDA) ini tidak menimbulkan konflik, Nasrul Sufi yang akrab disapa Tgk
Abang memberikan solusi agar dibagikan batu giok idocrase victorious itu sama
rata. Sehingga tidak menimbulkan konflik baru nantinya. “Gampang cara
selesaikannya, gampang saja caranya, yang menemukan diberikan, masyarakat
diberikan dan jangan ribut-ribut, kalau begini pasti tidak ribut,” harapnya. Tgk
Abang juga meminta kepada pemerintah tidak semua diambil oleh pihaknya. Karena
giok yang diperkirakan idocrase itu memiliki hak-hak orang lainnya. “Karena
kalau tidak ditemukan oleh masyarakat, pemerintah kan juga tidak tau,”
imbuhnya.

Sementara itu wacana pemerintah memberlakukan pajak pada batu
giok ini, Kepala Museum Giok Aceh, Abu Usman mengatakan sebelum diberlakukan
pajak, pemerintah harus terlebih dahulu membantu dan memberikan pendidikan
kepada penambang dan pengrajin batu cincin. “Sebelum dikenakan pajak, terlebih
dahulu pemerintah memberikan pendidikan dan pemahaman bagi para penambang batu.
Terutama tentang jenis-jenis batu yang boleh diambil dan tidak boleh diambil,”
jelas Abu Usman. Abu Usman berharap pemerintah tidak hanya mengambil pajak, akan
tetapi proses pemasarannya. Sehingga potensi batu mulia ini bisa menjadi sektor
ekonomi alternatif masyarakat Aceh.

Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan
Sumber Daya Mineral (Distamben) Aceh, Said Ikhsan Tambe meminta pengolahan dan
pemurnian batu giok harus dilakukan di Aceh. Kendati pun ada yang membawa keluar
bongkahan batu giok Aceh, maka harus ada persetujuan dari Gubernur Aceh dan
mendapatkan pengawasan yang ketat. “Pengolahan dan pemurnian batu Aceh wajib di
Aceh. Tidak boleh batu dikeluarkan dari Aceh,” kata kepala Distamben Aceh, Sayed
Ikhsan Tambe dalam pertemuan rapat kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat
Aceh (DPRA), Selasa (17/2). Rapat kerja ini membahas tentang rencana penetapan
qanun atau regulasi menyangkut mekanisme pengambilan, pengolahan, dan penjualan
batu alam jenis akik, giok dan sejenisnya di Aceh.

Usman inilah orang
pertama yang menemukan bongkahan batu giok victorious besar di dalam semak-semak
hutan lindung. Menurut warga Pante Ara, Kamaruzzaman saat dihubungi merdeka.com,
batu giok tersebut ditemukan sendiri oleh Usman saat sedang mencari batu mulia
ini. Usman tak sengaja melihat bongkahan batu besar itu dan penasaran, Usman pun
mendekati batu itu yang tertutup dengan daun-daun. “Karena penasaran, Usman pun
mengajak rekannya yang lain untuk memeriksa batu tersebut, setelah dibersihkan
baru mereka kaget menemukan batu giok jenis idocrase diperkirakan 20 ton,” tegas
Kamaruzzaman, Selasa (17/2) utilizing strategy of telepon genggamnya.
Menurutnya, diperkirakan bongkahan batu besar itu terdapat idocrase victorious,
solar dan neon.

Demikian cerita penemuan batu giok seharga 2 triliun di
aceh yang sangat fenomena di berbagai media televisi kita yang sangat
menggemparkan masyarakat terutama masyarakat aceh sendiri bahkan ada yang sempat
kaget, tidak percaya dan lain-lainnya pokonya.